Sabtu, 27 Oktober 2018

Cerpen Motivasi : Puan dan Tuan 2

Berbincang seperti kemarin, seakan ini adalah tempat yang patut dikunjungi setiap harinya

sampai topik ini kembali disinggung.


"sekiranya, sekolah tinggi mana yang mempunyai akreditasi menjanjikan?"


nah, baru kali ini sang puan bersuara. Bertanya dengan santainya. Bukan seperti yang lalu, sang Tuan bahkan dapat berkata panjang lebar hanya dengan melihat raut serta binarnya.


Sang tuan berhenti menyesap kopi barang sejenak, "Mungkin," ujarnya. Sengaja memberi jeda untuk menarik atensi Puan dihadapan.


"Mungkin, pertanyaan yang benar adalah Apakah saya cukup baik untuk sekolah tinggi?" Melirik sekilas sebelum melanjutkan, "Bukan maksud saya, namun memang begitu seharusnya. Kita tak pernah tahu apa yang ada diluar sana. Mungkin, calon mahasiswa diluar sana memiliki mindset yang lebih luar biasa dan itu yang membuat mereka menjadi pesaing hebat"


Hela napas dan derit kursi bernyanyi seiras. Puan tersebut beranjak, kemudian kurva lengkung tercipta sempurna di bibir sang Tuan.


"Jika begitu bimbing saya, saya pula ingin menjadi pejuang hebat" katanya lantang.


"Jika begitu buktikan pada saya, saya pula ingin melihat anda demikian" balas Tuan penuh tantang.






sincerely,

from Valenuhea
to Readers.

Ini saya, Sang Puan

It's been a while!
Are you doing good?


Harusnya sepucuk kata itu tersampaikan dengan baik, untuk ia 
Tuan yang amat saya rindukan, hampir tiga bulan bukan? hanya bertukar kabar pada awal dan kemudian hilang ditengah jarak.

Saya merindukannya, begitu sangat. sampai tak tahu harus bagaimana saat nada sambung terdengar.
Tidak, harusnya bukan seperti ini.
Ia sudah mencapai tujuannya, siapa saya yang berani mengacau?

Ini pilihannya, pula pilihan bodoh yang saya iyakan.
Bagaimana? saya mulai menyesal, tiga bulan saya habiskan dengan berperan sebagai pribadi memuakkan.

Extrovert, huh?
Sebuah kepribadian yang diharapkan semua orang untuk saya bersikap?
Bagaimana? lantas bagaimana saya katakan.

Sebuah semamngat menghilang dari hati saya, kemudian datang saat akhir pekan kembali.
Ia membuat saya segila ini, mengharapkan berbagai nasehat yang biasanya datang bertubi.
Saya, sang puan yang sedang kehilangan arah.

Ini bukan apa yang saya harapkan.
Diterima pada Universitas pilihan, eh?
Lantas bagaimana? 
Apa yang menjamin dari ini semua?

Saya harap ia disini, masuk kembali dalam zona aman yang saya buat begitu kokoh
Tak tersentuh dunia luar yang begitu kotor
Saya tak sudi, dengan mereka
Orang baru yang mengharap senyum sumringah terlontar dari saya yang palsu

Saya merindukannya, yang mungkin tak mengerti mengapa saya tak menjawab sekian kali panggilannya.
Saya berada pada batas akhir, berharap seseorang menarik saya mundur 
Saya berada pada ujung waktu, berharap seseorang menghentikannya
Saya berada pada krisis jati diri,
Seseorang dapatkah anda mencarikan satu untuk saya?

karena mereka mencuih pada saya yang asli
Namun, saya tidak sanggup bersikap palsu
Lantas bagaimana?

Tuan, Lihat saya


Tidak, Jangan menengok kebelakang
karena saya sedang hancur secara perlahan

Tuan, kumohon kembali



Tidak, jangan ulurkan tangan anda untuk kesekian
saya akan memotongnya bahkan jika itu harus


Tuan, saya rindu


Maaf, namun saya ingin anda tetap berada dijalan
dimana cahaya tetap mengikuti


Jangan,

Jangan lihat saya yang tenggelam akan kegelapan




Valenuhea, Berada di akhir yang harusnya masih awal
Sabtu, 27 Oktober 2018

to Reader

Hope you there



I miss the old-me

looking back far away in the past, I see child, she's five; busy playing with dolls and some robots, her imagination make them alive.  I...