BATU MENANGIS
Pemeran : Kelompok 2
Elda Eftika Sebagai Gracia (Anak Kedua Bu Susi) Antagonis (Tokoh utama I)
Anisah Kurnia Putri sebagai Bu Siska (Ibu Taufik dan Simon) Pemeran Pembantu, Protagonis
Danang Kurniawan sebagai Taufik (Anak Bu Siska) Peran pembantu, Protagonis
Dwi sinta ramayani sebagai Bu Susi (Ibu Gracia) Protagonis (Tokoh utama II)
Nadya Dwicahya sebagai Aulia (Anak ketiga Bu Susi) Peran Pembantu, Protagonis
Naisya sebagai Anya (Anak pertama Bu Susi) Peran pembantu, Protagonis
Rahmawati Dwinanti P. Sebagai Aya (Anak keempat Bu Susi) Peran pembantu, Protagonis
Ramadoni sebagai Simon (Anak Bu Siska) Peran pembantu, Protagonis
Konon, Dahulu kala. Di sebuah kota kecil di Kalimantan. Hiduplah sebuah keluarga yang sederhana. Mereka adalah seorang ibu dan ke 4 anaknya. Sang kepala keluarga telah meninggalkan mereka sejak 15 tahun yang lalu. Hidup dalam kesederhanaan menuntut mereka untuk mengasah kemandirian. Dan beruntungnya mereka dikelilingi oleh para tetangga yang baik hati.
(scene 1 : Pagi hari di Rumah Bu Susi)
Taufik & Simon : “Assalamu Alaikum”
Bu Susi : “Walaikum salam. (Keluar Rumah) Oh. Nak Taufik, Nak simon? Ada apa? Mari masuk.”
Simon : “Ini bu, ada sedikit makanan dari kami. Maaf Jika rasanya kurang sedap, Mahklum buatan anak laki-laki.” (tersenyum canggung)
Bu Susi : “Wah kelihatannya enak. Terima kasih Nak, maaf jika merepotkan.”
Taufik : “Jangan sungkan Bu, kehidupan bertetangga memang harus tolong menolong.”
(Gracia lewat dengan angkuhnya)
Gracia : “Eh Apaan tuh ! Makanan murah begitu saja pakai dibagi-bagi segala!”
Bu Susi : “Gracia, Jaga omonganmu nak” (dengan nada lemah lembut)
(gracia memutar bola matanya jengah kemudian berlalu)
Bu Susi : “ Jangan diambil hati perkataan Gracia tadi, Ibu yakin ia tak bermaksud begitu”
Simon : “ Tidak apa-apa Bu, sudah biasa melihat tingkahnya itu”
Bu Susi : (tersenyum canggung) “Sekali lagi ibu minta maaf, tunggu sebentar biar Ibu ambilkan minum”
Taufik : “Tidak perlu Bu, Lagipula kami buru-buru.”
Bu Susi : “Ya sudah jika begitu. Terima kasih atas makanannya.”
Taufik & Simon :” Sama-sama Bu, Kami pamit dulu. Assalamu Alaikum.”
Bu Susi : “Walaikum Salam.”
Didalam rumah...
Aya : “ Wah! Dapet makanan ya bu? Dari siapa?” (Nada senang)
Bu Susi : “ Iya, Dari Kak Taufik sama Kak Simon” (Mengelus kepala Aya)
Anya : “ Alhamdulillah kalo gitu Bu, Jadi kita ga perlu bingung mau makan apa hari ini”
Gracia : “ Cih! Dikasih makanan murahan kayak gitu aja udah seneng. Dasar orang miskin!”
Anya : “Gracia! Harusnya kamu bersyukur karena masih ada yang perhatian sama kita. Umur Ibu udah mulai senja, ga mampu lagi ngerjain yang berat-berat. Kami pontang panting cari uang dan kamu cuma bisa mengeluh setiap hari. Kamu ga pernah mikirin perasaan Ibu ya?”
Gracia : “Oh gitu! Jadi selama ini kalian nganggep aku sebagai beban keluarga, iya?!”
Aulia : “ Kak, bukan gitu... Tapi kak Anya ada benernya juga. Kita memang mesti bersyukur”
Gracia : “Syukur melulu yang kalian bicarain! Aku bakal buktiin ke kalian semua. Rezeki itu tergantung kerja keras! Bukan rasa syukur yang kalian bilang. Udahlah, bosan dirumah yang kayak neraka.” (Pergi)
Ditengah perjalanan Gracia bertemu Taufik dan Simon
Taufik : “Gracia, Kamu mau kemana?”
Simon : “Iya, Kok terburu-buru sekali?”
Gracia : “Apa urusanmu Bujang buntu, Jangan urusi urusanku!”
(Aduh pusing! gimana ini, Aku harus cari akal agar bisa dapat uang)
Gracia pulang kerumah dengan pikiran yang berkecamuk. Tak menghiraukan Ibu dan para saudaranya. Bergegas masuk kekamar dan pergi tidur.
(Scene 2 : Keesokkan Harinya)
Gracia : “Ibu! Ibu! Mana sarapannya?! Aku lapar!” (Berteriak)
(Bu Susi datang dari Dapur)
Bu Susi : “ Iya nak, tunggu. Kayu bakar kita habis. Ibu jadi tak bisa memasak. Tolong kamu tunggu sebentar”
Gracia : “Apa-apaan ini bu! Ibu mau aku sakit ya?! (Bergerak seperti menampar)
(Aya dan Aulia menghampiri)
Aya dan Aulia : “Stop Kak! (mencoba menghentikan) Kenapa kakak mau memukul Ibu?”
Gracia : “Kalian itu masih kecil! Jangan ikut campur urusan orang dewasa deh!”
Kemudian Gracia bergegas pergi ke rumah Taufik dan Simon untuk meminjam uang.
(Scene 3 : Di Rumah Bu Siska)
Gracia : “ Halo! Halo! Apa ada orang?!”
Taufik : “ Waalaikum mussalam. Astagfirullah haladzim. Gracia, Ucapkan salam sebelum bertamu kerumah orang”
Simon : “Tumben kamu kemari, Ada apa?”
Gracia : “Minggir dulu, aku mau masuk. (masuk kemudia duduk dengan kaki di atas meja) Jadi gini, aku mau minjem uang sama kalian”
Taufik : “Gracia, Tolong jaga sikapmu dan turunkan kakimu itu”
S
imon : “Benar Gracia. Jaga sopan santunmu. Lagi pula berapa uang yang ingin kau pinjam?”
Gracia : “Sekitar sepuluh juta aja. Aku mau pergi ke luar kota”
Simon : “ Jadi kamu mau meninggalkan Ibumu? Tega kamu ya”
Taufik : “Kami tidak akam memberi pinjaman jika kamu berniat buruk. Namun jika itu untuk keperluanmu... Ini, kami berdua hanya punya uang dua ratus ribu. Ambillah, berikan pada Ibu serta saudaramu untuk membeli makan dan biaya sekolah.”
Gracia : “Bagus, Sini uangnya! Berapa adanya biar kupinjam dulu”
Simon : “Ingat Gracia. Jangan dipergunakan untuk hal yang tidak baik”
Sesaat Gracia keluar dari Rumah Taufik dan Simon...
Gracia : (Menengok kembali ke rumah Taufik) Sepertinya, Rumah ini menyimpan banyak harta. Dasar anaknya saja yang pelit! Hanya meminjamkan dua ratus ribu padahal rumahnya semewah istana. Kamar utama, Sepertinya banyak barang berharga yang dapat ku jual dan dijadikan uang”
Gracia melancarkan aksinya pada malam hari. Saat merasa tak ada satupun orang yang
Terjaga. Ia mengendap-endap memasuki rumah tersebut tanpa menyadari bahwa ia
sedang di awasi oleh seseorang.
Di lain tempat. Matahari yang tadinya bersinar terang kini telah tenggelam, digantikan
oleh sang rembulan dan para bintang. Bahkan sampai matahari akan menampakkan
sinarnya kembali Sang anak tak kunjung pulang kerumah. Meninggalkan rasa khawatir
yang amat sangat dihati Bu Susi yang rela tak tidur semalaman.
Aya : “ Ibu?” (Memanggil dengan nada serak khas bangun tidur)
Bu Susi : “ Oh Aya, (Juga melihat Ke arah Aulia dan Anya) kalian sudah bangun nak? Ini bahkan baru jam tiga pagi”
Aya : “ Ibu tak ada di kamar, tidur Aya jadi tak nyenyak” (merengek)
Bu Susi : “ Ibu masih menunggu kakak, Dari semalam kakakmu belum kembali”
Anya : “ Untuk apa ibu menunggu kedatangan anak pembangkang itu? Sekalian tidak usah kembali jika bisa”
Bu Susi : “Hush! Jangan begitu pada adikmu. Dia hanya perlu sedikit di nasehati”
Aulia : “ Bukan sedikit Bu, Tapi banyak! Sudah sering Ibu dan kak Anya menasehatinya, namun tak satupun yang didengarkan?”
Aya : “Lagipula, Apa yang dilakukan kak Gracia sampai subuh begini ya, Bu?”
Bu Susi : (Menggeleng sembari mengelus rambut Aya sayang)
Tak lama kemudian...
Tok Tok Tok!! (Suara ketukan pintu yang keras)
Gracia : “Bu, Buka pintu bu!! Woy, ada orang ga sih?!”
Aulia : “Iya kak sebentar”
Gracia : “Dasar lelet! Buka pintu aja lama banget” (Melenggang masuk)
Di dalam rumah...
Aya : “Kak, kakak dari mana aja? Kok subuh baru pulang?”
Gracia : (Berjongkok didepan sang adik) “Eh bocah, Jangan sok ikut campur urusan orang dewasa ya! Kamu tuh masih kecil, Mending diem aja deh!” (mendorong kepalanya pelan, Kemudian bangkit dan memamerkan sejumlah uang)
Anya : (Bersedekap) “Dapet uang sebanyak itu darimana kamu, grac?”
Gracia : “Mau tau aja, ngiri yah?”
Bu Susi : “Kamu ga nyuri, kan Nak?”
Gracia : “ Ibu tuh yah! Pikirannya selalu buruk tentang aku! Ibu kira aku ga bisa ngasilin uang apa?”
Aulia : “Tapi, dapet uang sebanyak itu dalam waktu sehari semalam rasanya mustahil kak”
Gracia : “Udahlah! Capek ngomong sama kalian semua! Terutama sama Ibu! (menunjuk Bu Susi) Emang kenapa kalo aku nyuri? Toh ga bakal ketauan juga, emasnya udah aku tuker sama uang!” (keceplosan)
Bu Susi : “Astagfirullah nak. Jadi bener? Nyuri itu dosa nak, Dosa.”
Gracia : “Halah! Persetan dengan dosa, Bu. Yang penting uang ditangan. Udah ah! Aku capek, mau tidur”
Paginya, terdengar suara ribut dari pelataran rumah. Membuat Bu Susi yang penasaran
menuju kesana.
Bu Susi : “ Nak Taufik. Ada apa ini ribut-ribut?” (Bertanya panik)
Belum sempat Taufik menjawab, Seorang Ibu-ibu dengan banyak perhiasan menyahut
marah.
Bu Siska : “Mana anakmu yang bernama Gracia itu? Cepat suruh ia keluar, Dasar anak kurang ajar”
Taufik : “Tenang dulu Bu, Permasalahan begini pasti bisa kita selesaikan baik-baik”
Bu Siska : “Tenang apanya! Gimana mau tenang kalo emas Ibu hilang dicuri! Gracia! Gracia! Keluar kamu anak kurang ajar!”
(Gracia keluar)
Gracia : “Apa sih ribut-ribut! Orang lagi tidur juga”
Bu Siska : “ Oh... Jadi ini yang namanya Gracia?! Cepat kembalikan emasku yang kau curi!”
Gracia : “A-Apaan sih?! Emas apa emangnya? Aku ga nyuri apapun kok” (Nada Gelisah)
Simon : “Lebih baik kamu mengaku, Gracia. Aku melihatmu masuk ke Rumahku dengan mata kepalaku sendiri semalam. Jadi, Jangan berbohong”
Gracia : “Buktinya apa kalian menuduhku begitu? Aku bahkan tak punya emas sedikitpun. Ibuku ini sangat miskin, Kalian tahu itu kan?”
Aya : (Muncul dari dalam rumah, Membawa berlembar-lembar uang yang dibawa Gracia semalam.) “K-kakak sendiri kan yang bilang emasnya sudah ditukar dengan uang ini”
Bu Siska : “Nah, adikmu sendiri sudah mengaku. Masih mau mengelak kamu, Hah?! Dasar anak penjahat!”
Gracia : (matanya bergerak tak tentu arah mencari alasan) “I- Ibu! Iya, Ibu! Ibuku yang sangat miskin ini yang menyuruhku mencuri! Karena ia tidak mampu untuk memberi makan kami berempat. Mangkanya ia menyuruhku mencuri. Iya, karena itu.” (berujar cepat)
Bu Susi : “ Apa maksudmu Gracia? Ibu bahkan tak tahu menahu tentang masalah ini”
Gracia : “Sudahlah bu! Jangan sok suci dan berlagak tak tahu apapun, Padahal Ibu yang menyuruhku mencuri”
Bu Susi : “Sampai hati kamu menuduh Ibu kandungmu sendiri seperti itu nak, Sampai hati kamu?! (nadanya meninggi) Ibu mengurusmu dari kecil tanpa mengeluh dan ini balasan dari kamu?! Ibu sudah sangat sabar menanggapi sikap keras kepalamu yang lebih keras dari batu! “
Langit bergemuruh hebat. Seakan menyahut jeritan amarah sang Ibu yang merasa luar biasa sakit hati. Tubuh Gracia perlahan-lahan mengeras tak bisa digerakkan. Mengeras bagaikan batu seperti yang diucapkan. Membuka pikirannya dan merasa menyesal. Mengucapkan maaf dalam hati tanpa bisa lagi diucapkan. Menuangkan rasa menyesalnya melalui airmata yang tak berhenti mengalir deras.
TAMAT
p.s : Kisah "Batu Menangis" mempunyai banyak versi cerita, dan naskah drama ini murni dibuat dari hasil imajinasi sendiri. Semoga dapat bermanfaat
Kritik dan Saran diterima dengan tangan terbuka, karena saya hanya seorang amatir yang perlu banyak belajar.
Jika ada pihak yang merasa dirugikan, saya dengan lapang dada akan menghapus work ini.
Terima kasih
from Valenuhea
to reader.